Dalam industri pelayaran, sosok I Nengah Yasa Adi Susanto, S.H. dari Desa Bugbug, Karangasem, adalah seseorang yang tak dapat diabaikan. Pengabdiannya dalam pelatihan dan perekrutan kru kapal pesiar telah menciptakan jejak panjang. Dari tahun 1999 hingga 2009, sebagai Sommelier di kapal pesiar Celebrity Cruises, dia mengelilingi lebih dari 60 negara. Inilah cerita inspiratif tentang perjalanan suksesnya.
Awal Mula yang Sederhana
Adi, yang merupakan anak bungsu dari sepuluh bersaudara, tak pernah bermimpi bekerja di kapal pesiar saat masih muda. Kendati memiliki hasrat besar untuk melanjutkan pendidikannya, Adi terbatas oleh keterbatasan finansial. Orangtuanya adalah petani di Desa Bugbug, Karangasem, dan situasi ekonomi keluarganya membuat Adi harus menunda impian tersebut.
Setelah lulus SMA pada tahun 1993, Adi memutuskan untuk bekerja sebagai penjaga restoran di malam hari di Candidasa. Tidak sampai satu tahun berlalu, Adi pindah ke Lovina dan menjadi Satpam di Hotel Aneka Lovina selama dua tahun. Selama periode ini, dia gigih belajar untuk meningkatkan kemampuannya dengan mengambil kursus bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Akhirnya, pada tahun 1996, dia melamar pekerjaan di Nikko Bali Resort & Spa sebagai security. Minatnya untuk bekerja di kapal pesiar muncul ketika banyak teman sejawatnya yang ikut sebagai tim pra-pembukaan di Hotel Nikko Bali memilih bekerja di kapal pesiar.
Perjalanan Menuju Kapal Pesiar
Yasa Adi Susanto harus membuat keputusan antara menjadi pemandu wisata berbahasa Jepang atau bekerja di kapal pesiar. Akhirnya, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan perhotelan di Renon. Setelah menjalani cross-training di Hotel Nikko Bali pada tahun 1998, ia kembali mencoba melamar pekerjaan di kapal pesiar. Meskipun gagal tiga kali sebelumnya, tekadnya tidak pernah luntur. Pada percobaan keempat, Adi diterima di kapal pesiar Celebrity Cruises sebagai Bar Waiter. Ia menghabiskan hampir 10 tahun di kapal pesiar tersebut dan mencapai posisi terakhirnya sebagai Sommelier.
Kebiasaan Kerja Keras Sejak Kecil
Kehidupan keras Adi sejak kecil telah membentuknya menjadi individu yang tahan banting dan tak pernah menyerah. Bahkan ketika masih bersekolah di SD dan SMP, ia pernah menjadi buruh galian C di Tukad Buhu, Desa Bugbug, Karangasem, untuk mencari nafkah demi meringankan beban orangtuanya dalam membayar biaya sekolahnya.
Kesulitan yang ia alami selama masa kecilnya mengajarnya untuk gigih dan terbiasa dengan kerja keras. Selama bekerja di kapal pesiar selama 10 tahun, Adi juga belajar banyak dari mertuanya, I Wayan Djanthen, S.E., dan Ni Ketut Mastini, yang selalu menekankan pentingnya jujur dan membantu orang tanpa pamrih. Nilai-nilai ini masih ia pegang teguh, bahkan saat ia telah sukses dan menjadi pahlawan devisa. Melalui Yayasan Widhi Sastra Nugraha yang menaungi Monarch Bali, Adi bersama I Nyoman Sudi Artawan dan I Made Sumitra memberikan beasiswa kepada 15 individu berprestasi untuk melanjutkan pendidikan di kampus Monarch Bali yang tersebar di 5 kabupaten. Banyak dari mereka telah sukses dan bekerja di kapal pesiar.
Monarch Bali: Pusat Pelatihan Terkemuka
Kehidupan memang penuh kejutan, dan salah satunya adalah berdirinya Monarch Cruises Line & Hospitality Training Center. Adi, bersama dengan rekan bisnisnya di PT. Ratu Oceania Raya Bali dan Monarch Bali, yaitu I Nyoman Sudi Artawan dan I Made Sumitra, mengambil langkah berani dengan membuka kursus pelatihan ke kapal pesiar pada akhir tahun 2009.
Awalnya, mereka hanya memiliki sebuah ruko 2 lantai untuk kursus bahasa Inggris di Banjar Dukuh, Dalung. Namun, respon masyarakat begitu besar sehingga pada tahun 2010, Monarch Cruises Line & Hospitality Training Center membuka program basic level setara dengan diploma 1 dengan program Tata Hidangan, Tata Boga, dan Tata Graha.
Pertumbuhan pesat ini memaksa mereka membuka kampus Monarch di tiga lokasi sekaligus, yakni Monarch Candidasa, Monarch Singaraja, dan Monarch Gianyar. Pada tahun 2011, kampus Monarch Negara didirikan untuk membantu mereka yang tinggal di Bali Barat. Kini, Monarch Bali memiliki kelima kampus di 5 kabupaten di Bali dengan sekitar 1.350 mahasiswa D1 dan D2. Sebagian besar dari mereka sedang menjalani on-the-job training di hotel dan restoran di Bali.
Membantu Alumni Meniti Karier
Adi merasa bangga dan senang ketika melihat alumni Monarch Bali sukses dalam karier mereka, baik di hotel, restoran, maupun kapal pesiar. Kepuasannya datang ketika ia bertemu dengan mereka yang telah bekerja di kapal pesiar dan berkunjung ke kampus Monarch. Adi, yang juga Direksi dari PT. Ratu Oceania Raya Bali, agen kapal pesiar untuk berbagai perusahaan pelayaran ternama, seperti RCCL, Celebrity, Azamara, Pullmantur, Disney, Oceania, Regent, Carnival UK, dan Viking Cruise Line, merasa telah memenuhi tanggung jawabnya ketika melihat alumni Monarch Bali mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keterampilan mereka.
Monarch Bali adalah salah satu dari sedikit lembaga pelatihan yang peduli dengan nasib alumni mereka. Mereka tidak hanya mencetak lulusan, tetapi juga membantu menyalurkan mereka ke industri. Lulusan Monarch Bali mendapatkan sertifikasi di Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) LPK Monarch Bali yang sudah lisensi dari BNSP. Mereka kemudian ditempatkan baik di hotel maupun di kapal pesiar. Adi, yang juga menjabat sebagai Direktur LSP LPK Monarch Bali, sangat yakin bahwa lulusan Monarch Bali kompeten dalam bidangnya dan siap menyambut MEA 2016.
Mengejar Impian Menjadi Advokat
Setelah lebih dari lima tahun terlibat dalam pengiriman TKI ke kapal pesiar, Adi menyadari banyak masalah yang dihadapi oleh TKI sepanjang perjalanan mereka, mulai dari pra-penempatan hingga pasca penempatan. Banyak TKI Pelaut mengeluhkan kurangnya perlindungan hukum ketika mereka menghadapi masalah hukum di luar negeri.
Salah satu kasus yang menjadi perhatian adalah kasus percobaan pembunuhan yang diduga dilakukan oleh Ketut Pujayasa, pelaut asal Buleleng yang bekerja di kapal Holland American Line terhadap seorang penumpang Amerika. Adi mengamati bahwa pemerintah belum memberikan bantuan hukum maksimal untuk membela Ketut Pujayasa. Menurutnya, Presiden Jokowi melalui Konjen RI di Amerika seharusnya mencari advokat handal di Amerika untuk membantu Ketut Pujayasa dalam proses hukumnya. Semua ini menunjukkan bahwa Adi adalah individu yang peduli dengan nasib TKI dan berkomitmen untuk memberikan perlindungan hukum yang mereka butuhkan.
Dalam perjalanan hidupnya yang penuh tantangan, I Nengah Yasa Adi Susanto, S.H., telah menunjukkan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan komitmen, seseorang dapat mencapai kesuksesan. Kisahnya adalah inspirasi bagi banyak orang yang bermimpi besar, terutama mereka yang ingin berkarier di dunia pelayaran atau mencapai pendidikan yang lebih tinggi.